Cerita AirLine lagih
Semalem itu saya sama suami nonton di Metro TV tentang penerbangan yang seperti rame-rame gulung tikar. Star Air hari ini sudah almarhum...kemaren itu flight terakhir Jakarta-Denpasar. Pelita Air sudah menutup jalur regulernya, jadi hanya menerima penerbangan carteran. Buraq sudah tutup jalur ke Denpasar, semua pesawat leasing sudah dikembalikan. Mandala juga sudah menutup beberapa jalur regulernya, dan pesawat leasingnya juga sudah dikembalikan. Kartika malah sudah tutup. Padahal dia tuh anak bungsu penerbangan :DDan ditengah-tengah berita gulung tikar rame-rame, suami kasih tahu ke saya kalau Lion Air malah membeli (membeli, loh! Bukan leasing!) 60 pesawat secara bertahap sampe 2007 nanti.
Bujubuneng...yang lain udah pada nyerah, Lion Air masih ngotot geneh... -__-;;
Tapi gak apa-apa dink, kan jaminan juga suami saya masih aman sampe dua tahun ke depan :D
Yang jelas, Star Air terang-terangan menuding harga avtur dan persaingan yang tidak sehatlah membuat mereka gulung tikar. Pelita Air sendiri masih jaim, bilang kalau hal itu tidak bisa jadi pemicu gulung tikarnya penerbangan. Aduh pak Wahyu, endak perlu jaimlah...lah wong terang-terangan Pelita Air sampai menutup jalur regulernya, brarti kan mereka endak bisa ngarepin jalur reguler... :D
(Kata suami, Pelita Air terima carterannya sama SBY...ya gak papa deh :D )
Melihat kenyataan kayak gitu, sebenernya kasihan juga sih...bayangin, berapa ratus orang yang terpaksa jadi pengangguran gara-gara persaingan tidak sehat perusahaan?
Kebanyakan orang penerbangan diam-diam menuding AwAir biang kerok semua kejadian ini. AwAir tidak punya pesawat sendiri, bahkan tidak leasing ke pihak lain. Mereka menumpang manajemen dan pesawat Asia Air. Mustinya pemerintah memberikan kualifikasi buat bisa mendapat surat ijin penerbangan dong...jangan sembarangan kek begini...
Kan yang rugi kita-kita juga
2 Comments:
yah begitulah persaingan, siapa yang kuat dia yg menang. Maksudnya yg kuat investor n modalnya..he.he..
serba salah yah,mahal pelanggan berkurang, murah perusahaan rugi..kayak buah simalakama.
Berarti kurs rupiahnya harus naik terus,kalau turun lagi turun lagi..yah gak kemana2 deh negeri kita.
Usaha penerbangan itu adalah bagian dari pasar, di sana ada dua pihak yang sering kepentingannya tidak sama. Perusahaan penyedia barang dan jasa pada satu pihak dan pengguna barang dan jasa pada pihak lain.
Maraknya persaingan industri penerbangan ini, diawali dengan dicabutnya pengaturan harga yang sebelumnya dilakukan oleh INACA (INdonesia Air Carrier Association) bersama pemerintah. Hal ini terjadi setelah KPPU (Komisi Pengaturan Persaingan Usaha ???) menyatakan bahwa pengaturan harga merupakan tindakan niaga yang tidak sehat, argumen utamanya adalah bahwa tindakan pengaturan harga merugikan konsumen atau pengguna jasa yang harus membayar lebih mahal.
Pada saat yang sama juga perjinan usaha penerbangan berjadwal juga dipermudah. Sehingga jumlah maskapai penerbangan melonjak dan harga tiket menurun.
Kalau pada saat ini para pengusaha mulai merasakan persaingan pasar yang ketat sampai ada yang harus tumbang, itu merupakan proses belajar yang harus dilalui karena selama ini mereka terlalu terbuai dengan berbagai SK yang melindungi perusahaan dengan konsumen menjadi korban.
Bukannya aku tidak perduli dengan para pekerja, tapi sengketa tenaga kerja ada masalah sendiri.
Trus tambahan untuk kasus Star Air: pertama, soal avtur dsb itu cuma PR saja, yang benar karena owner StarAir sekarang lagi ditekan (berada dalam pemeriksaan kejaksaan untuk suatu kasus); kedua, kabarnya ada StarAir itu sudah ada yang membeli tetapi karena dia mau menyapu pegawai dan manajemen perusahaan dibiarkan bangkrut dan dia cuma mau ambil perijinannya saja.
Post a Comment
<< Home