Sebuah Cerita
Gwe gak mau promosiin alamat blognya...walaupun gwe inget banget alamat blognya. Cuma rata2 yang ngaku dirinya blogger dan tergabung pada blogfam rata2 udah pada tau alamat mana yang gwe maksud.Gwe bakalan bilangin di sini apa alamat blognya, kalau gwe udah minta ijin ama beliaunya....mudah2an pembaca pada ngerti semua ya... (sok tenar mode on)
Well...sebagian cerita yang sempet gwe simak dari blognya dan penuturan dari temen2 forum gwe, dia adalah perempuan yang sedang hamil dan sedang mempersiapkan dirinya menjdi single parent...artinya saat ini, tidak ada suami yang mendamipinginya dalam berbagi suka dan duka saat kehamilannya ini.
Tepatnya...suaminya telah berpaling ke perempuan lain di tengah2 kehamilannya itu. Lima tahun pernikahan mereka, dan saat ini ibu ini sedang mengandung anak pertama mereka, suaminya kedapatan berpaling kepada perempuan lain. Yang lebih menyakitkan, keputusan akhir dari keberpalingan suaminya ini adalah perceraian...
Mereka baru bisa bercerai pada saat bayinya lahir, itu artinya tinggal 2-3 bulan lagi mbak kita ini menyandang predikat janda....
Well...kisah yang menyedihkan, dan menyentuh hati...
Mungkin, saya terlalu tendensius kalau menghujat suaminya (apalagi sebenernya secara personal gwe gak kenal kedua2nya)...tapi sebagai perempuan yang juga sudah menikah, gwe bisa berempati dengan kisah hidupnya. Gwe bisa ngerasain kalau posisi gwe ada di posisi dia.
Pasti gwe bakalan bunuh suami dan itu perempuan....
Tapi mbak kita itu gak melakukan hal itu....dia memilih berkosentrasi dengan kehamilannya dan mempersiapkan diri dengan status baru yang gak lama lagi akan disandangnya...Well, tough woman
Jujur...gwe juga pengen denger kisah dari pihak suaminya...gwe pengen tau alasan dia sampai tega ninggalin istri yang sedang mengandung...cuma itu.
Well...gwe sempet baca comment seseorang dari blognya...
Seorang suami yg baik,pengertian,dan sangat sabar ternyata pindah kelain
hati.Dituduh berselingkuh pdhal selama 5thn dia 'menderita'.Menyadari hal itu
setelah kembali dari negri Paman Sam.Tidak mungkin dlm suatu keluarga yg menjadi
'kepala' adalah sang istri.harga diri sebagai suami tercabik,makan hati,dan
akhirnya tidak tahan serta melakukan sesuatu yang terbaik dengan mengambil
keputusan.
Oh well...mungkin suaminya pengertian....mungkin suaminya baik...mungkin suaminya sabar...tapi apakah dia pengertian, sabar, dan baik kalau sampai meninggalkan istri yang sedang mengandung buah hati mereka?
Komentar itu membuatku merenung...selama lima tahun pernikahan mereka, tidak adakah lagi komunikasi diantara keduanya? sehingga sang suami punya pikiran tidak dihargai sebagai suami dan tercabik harga dirinya....
Apakah keputusan itu yang paling benar? Dengan mencari perempuan lain yang lebih cocok dengan keinginannnya dan meninggalkan seorang istri yang sedang mengandung buah hati mereka...? Apakah keputusan untuk bicara dari hati ke hati dengan istrinya, kemudian berjuang berdua untuk cinta mereka dan calon buah hati mereka dengan memperbaiki perkawinan mereka tidak bisa diambil oleh sang suami?
Memang usia pernikahanku belum ada satu tahun, dan rasanya pengalamanku dibanding pengalaman mereka berdua dalam pernikahan tidak sebanding.
Tetapi selama pacaran dan menikah dengan suamiku, bukan tidak pernah kami cekcok dan ribut...biasanya dari hal2 sepele kemudian merembet jadi besar karena sama2 kesal dan merasa dipojokkan....
Tapi, pikiran untuk mencari orang lain atau bercerai tidak pernah terlintas. Pikiran kami selalu sama, gimana caranya bisa ngomong dan menyelesaikan masalah itu. Karena prinsip suamiku, selesaikan satu masalah dulu, kemudian masalah yang lain menyusul ^^;
Kami menikah karena kami sadar, tanggung jawab dalam pernikahan itu besar. Tidak cuma didasari oleh cinta dan nafsu semata. Tapi lebih didasari pada rasa saling meghormati, saling menyayangi, saling menghargai dan saling mengerti....
Karenanya, suamiku selalu mencoba mengungkapkan apa yang disukai dan apa apa yang tidak disukainya dariku, dan dia pun selalu mendengar apa yang tidak kusukai dan apa yang kusukai darinya...sebegitu sering kami bertengkar, tapi usai bertengkar, kami masing2 tau apa yang diinginkan dari pasangan kita...
Dan aku selalu memaksa suami untuk shalat jama'ah...entah itu Magribh atau Isya (Subuh gak bisa, karena suami udah berangkat kerja sebelum subuh). Buat mengingatkan aku, punya suami yang jadi imam keluarga, punya suami sebagai kepala keluarga dan punya pasangan yang harus kita sayang dan kita hormati...Dan menciptakan sebuah kebersamaan dengan waktu sesempit yang kita punya...
Kami sama2 bekerja...dan untuk saat ini, gajiku lebih besar dibanding suami. Tapi aku tidak pernah memandang suami itu numpang hidup denganku. Orangtuaku juga beberapa kali membantu keuangan kami, tapi orangtuaku sendiri selalu menekankan aku untuk bicara yang sopan kepada suami...Dan aku harus mati2an membangkitkan suami agar tidak "pakewuh" denganku dan orangtuaku...gak gampang, tapi akhirnya bisa...
Orangtuaku selalu menekankan, aku harus meghormati semua...mati2an mereka marah kalau disaat kami bertengkar aku ngambek dan minta pulang.
Dan suamiku adalah orang yang paling sabar di dunia...Thank's GOD
Perjalanan pernikahan kami yang seumur jagung, dan mengaca pada perjalanan pernikahan orang2 yang kami kenal yang sudah berjalan lama, selalu membuatku takut kehilangan suami dan kehilangan respeknya.
Selama ini kami berdua percaya, bahwa komunikasi adalah kunci dalam sebuah pernikahan....
Dan suamiku adalah orang yang paling pantang mengucapkan kata cerai...untuk urusan setia...aku yakin dia bukan tipe laki2 yang matanya jelalatan.
Gimana enggak percaya, dari dia chatting sama cewekpun dia cerita dan malah akus ering diajak liat2 chatting dia ^^;
Memang perjalanan pernikahan kami masih panjang...tapi mudah2an Allah, SWT memberikan berkah pada pernikahan kami...Amin Ya Rabb
Dan buat ibu yang sebentar lagi mau single mom...sabar ya Mbak...semua ada hikmahnya, dan akan ada kebahagiaan lain didepan Mbak. Dan satu lagi, pasti ada laki2 yang akan membahagiakan Mbak ^^;
0 Comments:
Post a Comment
<< Home