Semalem liat seleksi Indonesian Idols di daerah Jogja, lucu banget deh...temenku yang namanya Erick ikut seleksi sampe 50 besar dan dengan suksesnya tidak lolos untuk ke Jakarta ^^;
Dia nyanyi Eternel Flame yang dengan ngototnya dipaksakan oleh kami nyanyi...hehehehe...gara2 dipaksa kali ye, jadi gak lolos...gomenasai~~
Lagi liat fenomena AFI dan Indonesian Idols, betapa banyaknya yang rela ikutan audis itu. Jaman seleksi AFI 2, sampe sekitar 80.000 peserta audisi dan hanya lolos dua belas orang. Bayangkan, seharusnya sih 12 orang itu adalah orang2 terbaik yang jago nyanyi dan entertaint (menurut Indosiar AFI buat kontes nyanyi, tapi kontes popularitas...kalau gitu ngapain diadain seleksi nyanyi ya ^^; ).
Yang parah lagi peserta Indonesian Idols yang juga gak kalah banyaknya dibanding AFI. Seleksi Indoensian Idols yang berlapis, memungkinkan peserta harus berjuang hingga titik akhir. Lolos ikut audisi putaran pertama di Jakarta bukan menjamin dia bakalan masuk final. Lain dengan AFI yang memberlakukan sistem bahwa 12 orang yang terpilih adalah calon bintang berikutnya. Sedang Indonesian Idol, lolos sampe Jakarta bukan berarti aman ^^;
Tetapi toh, biar jalan yang dilalui itu sulit, tidak menggetarkan mental para peserta. Yang penting kemauan dan PD abis! Sampe lupa kalau Indonesian Idols mementingkan kualitas suara. Maka yang suaranya garing bin ancur gitu ya maksa ikut audisi, sampe Jugde terpingkal2 atau menahan ketawa. Ada lagi yang mati2an bilang suaranya emang rendah abis, tapi emosi yang masuk bikin bagus lagu yang dia nyanyiin...Alamak, jury sekelas Indra Lesmana dan Titi DJ kog diajarin :D
Fenomena ini patut dicermati. Bahwa remaja usia 18 sampe 24 tahun (umur 20 sampe 24 itu remaja bukan sih? ^^; ), rata2 haus akan pencarian eksistensi diri dan kalau kuliat cenderung ingin ngetop dan populer. Urusan ingin ngetop sebenarnya semua orang juga punya keinginanan itu ya rata-rata. Tetapi remaja, biasanya lebih ekspresive dan PD. Lain dengan yang menjelang usia dewasa, biasanya lebih hati2 dan tenang untuk mencapai polularitas.
Lihat saja, banyak ajang dan lomba yang dikhususkan dengan umur sekian, dan peserta yang meminati amat sangat membludag. Entah itu lomba nyanyi macam Indonesian Idols atau AFI, entah pemilihan model seperti Look Models atau Miss Universe, entah itu lomba mengarang (yang ini sih dibanding dua kontes lainnya kalah peserta kali ye ^^; ).
LIhat AFI, pesertanya sampe puluhan ribu, juga Indonesian Idols. Belum lagi ajang lomba nyanyi yang kalah ngetop dibanding keduanya. Khabarnya Kompetisi Model Indosiar pun sangat diminati oleh remaja Indonesia. Hebat ya?
Jadi inget jaman SMP dan SMU (jaman masih skinny). DUlu temen pada maksa daku ikutan lomba Gadis Sampul atau Cover Majalah MODE yang sudah almarhum, atau Cover Guest ANEKA. Lomba2 model itu amat sangat terkenal di jamanku, sampe ada temen yang ikutan seleksi 3 kali berturut2 karena saking penasaran. SOalnya bukan sekedar ingin jadi model. Kalau sampe menang atau minimal kesangkut jadi finalis disana, paling tidak bisa jadi bintang sinetron dan dilirik oleh produser.
Dessy Ratnasari, Cut Tari, Lulu Tobing, dan almarhumah Nike Ardila adalah jebolan Gadis Sampul yang sukses di bidang selain model. Mereka merasakan manfaatnya jadi finalis dan pemenang Gadis Sampul. Atau Peggy MElaty SUkma yang sampe 3 kali maksa diri ikutan Cover Guest Aneka, dan baru lolos dikali ketika. Itu pun hanya sampe final dan gak gaet juara apa2. Nyatanya dia kini sukses menjadi bintang sinetron dan entertain.
COntoh2 itu membuat banyak remaja tergiur untuk mengikuti jejak yang sama.
Sekarang, AFI dan Indonesian Idols dianggap batu loncatan para remaja untuk meraih kesuksesan.
Seneng sih pada berlomba2 mencari eksistensi diri. Hanya saja, kepopuleran buat satu2nya cara untuk menampakkan eksistensi diri. Kalau kita sadar bakat dan kemampuan kita dimana, dan mampu mengolahnya menjadi lebih baik, maka kita akan menemukan eksistensi diri kita. Kepopuleran hanyalah imbas dari kita yang sudah mampu menggali potensi diri.
AFI dan Indonesian Idols atau banyak lomba lain adalah sarana yang memfasilitasi, tetapi bukan harga mati untuk kita paksakan ikut. JIka kemampuan dan potensi kita bukan di bidang tarik suara, toh masih ada lomba lain yang bsia mengasah potensi kita.
Kalau kita lebih berbakat di bidang menulis atau bercerita, ada salurannya. Kalau emang mampu menyanyi, AFI dan Indonesian IDols siap menanti. Kalau suka bergaya, Lomba Models bagus buat kamu. Kalau pintar berakting, kenapa tidak ikut kontes akting?
Banyak jalan menuju Roma...tapi hati2 ya... ^^;
*hari ini sedang sok wise*
HK : jangan...mendingan kasih leiotnya mickey mouse aja :D
Saturday, April 17, 2004
0 Comments:
Post a Comment
<< Home